Suhu politik menjelang Pilpres 2014 terus memanas. Serangan black campaign mulai menyangkut isu rasial seperti agama dan ras, jawa dan non jawa. Sungguh menggelikan ketika si penyebar isu adalah golongan dan kelompok terdidik yang tentu saja lebih faham serta mempunyai wawasan luas. Orang-orang yang dianggap pintar dan selalu berkesan nasionalis dengan dandangan bijaksana tiba-tiba menggunakan kepandaiannya bersilat lidah dalam memainkan data fiktif untuk mempengaruhi sebagian masyarakat yang belum terdidik agar menolak calon presiden 2014 tertentu.
FYI, Saya bukan pendukung atau team sukses capres 2014 tertentu tetapi saya gerah ketika isu keturunan cina dan non muslim dijadikan amunisi menyerang lawan politik disaat jagoannya keok karena tidak mendapat dukungan suara pada pileg 2014 yang sudah berlangsung kemarin.
Bagi saya, memilih presiden boleh siapa saja dan berasal dari mana saja yang terpenting adalah itikad baik yang bertujuan membangun serta mensejaterakan bangsa dan negara.
Saya terinspirasi dari perkataan Gus Dur 'Sang Guru Bangsa' yaitu :
'Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu'
Kunci kata bijak itu adalah : bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang
Jadi soal garis keturunan, suku, agama dan stempel rasis lainnya adalah SAMPAH yang sengaja disebar untuk mengotori proses demokrasi di Indonesia. Penyebar sampah tersebut adalah golongan dan kelompok orang yang (mungkin) tidak mau kemampanan hidup/ zona aman-nya terganggu ketika ada orang /tokoh baru naik menggantikan posisinya.
Kenapa Kalau Saya Cina? Masalah Buat Loe?
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, mantan Presiden RI ke-4, adalah salah 1 tokoh nasional yang terus terang mengaku mempunyai garis keturunan Cina dari silsilah Putri Campa yang menjadi selir Raja Majapahit, Brawijaya V.
"Saya ini China tulen sebenarnya, tapi ya sudah nyampurlah dengan Arab dan India. Nenek moyang saya orang Tionghoa asli," kata Gus Dur dalam talkshow "Living in Harmony The Chinese Heritage in Indonesia" di Mal Ciputra, Jalan S Parman, Jakarta Barat, Rabu (30/1/2008).
Gus Dur adalah orang baik dan rakyat Indonesia selalu mengingat kebaikannya sehingga urusan keturunan Cina tidak lagi menjadi masalah besar yang menghalanginya untuk berkarya.
Sungguh ironi ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014 yang menghapus penggunaan istilah orang dari komunitas Tjina/China/Cina diubah menjadi orang atau komunitas Tionghoa, dan untuk penyebutan negara Republik Rakyat China diubah menjadi Republik Rakyat Tiongkok eh ternyata ada sekelompok orang masih tidak bisa memahami urgensi kepres tersebut.
Keppres Nomor 12/2014 sekaligus mencabut Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967 karena ada pertimbangan bahwa istilah "Tjina" sebagaimana disebutkan dalam Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor telah menimbulkan dampak psikososial-diskriminatif dalam hubungan sosial warga bangsa Indonesia dari keturunan Tionghoa.
SBY menilai, pandangan dan perlakuan diskriminatif terhadap seorang, kelompok, komunitas dan/atau ras tertentu, pada dasarnya melanggar nilai, prinsip perlindungan hak asasi manusia.
Pemerintah ingin menghilangkan dampak psikososial-diskriminatif dalam hubungan sosial warga bangsa Indonesia eh kenapa ada orang yang mulai mengungkit isu rasial menjelang pilpres 2014?
Marilah kita mulai terbuka cara berpikir untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Tidak perlu lagi mengedepankan isu SARA untuk menutupi ambisi kekuasaan dan menjegal langkah politik orang lain.
Sumber referensi :
http://www.merdeka.com/peristiwa/saat-gus-dur-mengaku-keturunan-tionghoa-tulen.html
http://news.okezone.com/read/2014/03/19/337/957554/sby-ganti-istilah-china-dengan-tionghoa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Kenapa Kalau Saya Cina? Masalah Buat Loe? "
Post a Comment