Ilustrasi foto dari detik.com |
Tanggal 1 Mei sudah ditetapkan menjadi hari buruh sehingga kegiatan kerja di beberapa instansi pemerintah dan perusahaan swasta diliburkan. 1 Mei sudah resmi menjadi hari libur nasional.
Ada beberapa tuntutan yang disuarakan dalam unjuk rasa buruh, jujur saja, saya merasa ada hal unik dan menarik dalam demo kali ini. Pikiran saya ternyata sama dengan pikiran Wakil Ketua Kadin Bidang Kebijakan Publik, Fiskal, dan Moneter Hariyadi Sukamdani dan mungkin ribuan bahkan jutaan warga lain yang memantau berita demo buruh. Mungkin, anda juga merasakan keunikan demo buruh tersebut?
Hariyadi Sukamdani mengatakan, "Ada-ada saja permintaan buruh (uang koran, pulsa, parfum), ini sudah ngawur."
Di beberapa webnews disebutkan, buruh meminta tunjangan HP, televisi, koran, pulsa HP dan parfum dengan alasan pembenaran yang (mungkin) terasa lucu dan menggelitik bagi orang-orang diluar pendemo walaupun mereka juga termasuk buruh karena masih berstatus sebagai karyawan swasta maupun pegawai pemerintah.
FYI : saya menganggap orang yang masih bekerja pada orang / pihak lain dan mengharap gaji bulanan adalah termasuk buruh atau pekerja. Tetapi anehnya, mereka yang mengaku sebagai 'buruh' kenapa hanya orang yang bekerja di perusahaan sektor padat karya ya? Mereka yang menganggap buruh hanya orang yang bekerja di pabrik. Apakah Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai bank, anggota militer (polisi, TNI/ ABRI), pilot , guru, sopir angkot, pembantu rumah tangga dan lain-lain bukan termasuk buruh? Tanya: kenapa?
Kembali ke laptop ...
Buruh menuntut HP, televisi, koran, pulsa HP dan parfum ke perusahaan tempatnya bekerja adalah hal unik dan aneh. Benar kalau disebut terlalu mengada-ada karena kebutuhan itu adalah kebutuhan sekunder. Mungkin, perusahaan sudah membayarkan upah yang layak sesuai kebutuhan primer yaitu papan, sandang, pangan menurut standar perusahaan. Upah yang diterima teman-teman dari komunitas buruh sudah dianggap tepat untuk mendapat kebutuhan primer walaupun (mungkin) jumlahnya minimalis alias kurang besar. Soal ukuran besar atau kecil itu relatif saja tergantung dari sisi mana kita memandang sebuah angka.
Saat ini upah buruh sesuai UMP di angka Rp. 2,4 juta tetapi sebagian buruh menganggap upah tersebut terlalu kecil sehingga menuntuk pemerintah bisa menekan perusahaan untuk memberikan upah minimal sebesar Rp. 3,5 juta - 4 juta per bulan. SUNGGUH TERLALU!
Saya sendiri merasa sangat bersyukur Alhamdulillah ketika mendapatkan gaji/ upah Rp. 2,4 juta per bulan ketika saya sempatkan diri melihat ke bawah ternyata banyak orang yang tidak bisa mendapatkan uang sebesar itu per bulan bahkan ribuan dan jutaan orang disana masih berstatus sebagai pengangguran.
Memang sih, ketika saya melihat ke atas dimana kehidupan sebagian 'orang kaya' penuh bergelimang uang dan mereka bisa membeli barang apa saja yang diinginkan, jujur saya juga merasa iri dan ingin mendapat kesempatan yang sama. Tetapi, apakah saya harus terus melihat ke atas tanpa mau melihat ke bawah yang akhirnya membuat saya hanya bersikap uring-uringan dan merasa pening kepala?
Dalam unen-unen jawa disebutkan, 'urip iku wang sinawang'
Hidup adalah masalah bagaimana kita memandang orang lain dan ketika orang lain juga ikut mengamati kehidupan kita. Ketika kita merasa orang lain hidup bahagia dengan banyak uang sebenarnya kita tidak tahu apa yang mereka rasakan sesungguhnya. Mungkin juga orang yang kita anggap sukses dengan harta dan jabatannya itu malah iri dengan kehidupan kita yang sederhana tetapi tampak lebih tenang, harmonis dan bahagia dalam suasana seadanya.
Uang kecil atau uang besar akan selalu terasa kurang ketika kita tidak memiliki rasa bersyukur akan nikmat dan karunia Allah SWT. Sungguh celaka orang yang mengingkari rejeki yang sudah diberikanNya melalui tangan orang lain (perusahaan) setelah kita bekerja keras membanting tulang serta memeras keringat.
Rasa syukur pada rejeki Allah SWT memang mudah diucap tetapi sulit untuk dijalankan.
Ketika saya menerima gaji per bulan dari perusahaan tempat saya bekerja keras dari pagi sampai sore, jujur saya juga merasa kurang karena tidak semua keinginan bisa dipenuhi. Tetapi saya mencoba mengingat apa kata orang tua bahwa hidup adalah soal bagaimana memenuhi kebutuhan paling penting dan menunda kebutuhan yang kurang penting ketika kita belum bisa mempunyai kuasa untuk mendapatkannya.
Ketika saya merasa kurang maka saya mencoba bersyukur bahwa minimal kebutuhan hidup harian untuk keluarga bisa terpenuhi dan jika ada kekurangan maka saya mencoba 'menjual jasa' ke orang yang membutuhkan keterampilan yang saya miliki untuk mendapatkan sedikit uang guna menambal kekurangan perasaan tersebut.
Saya merasa kurang ketika saya terlalu mengedepankan ego dan rasa gengsi. Keinginan menyamai atau bahkan melebihi orang lain yang membuat saya merasa selalu kekurangan.
Saya juga ingin standar hidup saya dan keluarga bisa meningkat maka saya harus terus belajar dan mengasah keterampilan serta kemampuan diri agar bisa mendapatkan tambahan hasil baik dari perusahaan karena produktifitas dan nilaisaya naik atau dari pihak di luar perusahaan dari jasa olah pikiran atau tenaga yang saya keluarkan.
1 Mei 2014 ... May Day! Saatnya Buruh Meningkatkan Standar Hidup
Ayo belajar dan terus belajar!
Saat ini mendekati pemilihan presiden 2014, AWAS BURUH JANGAN SAMPAI DIMANFAATKAN CAPRES 2014 UNTUK PENCITRAAN SEMATA-MATA UNTUK MENDAPATKAN SUARA PEMILIH SAJA.
Jangan sampai kita yang menjadi buruh/ pekerja hanya menjadi kuda tunggangan bagi para politikus untuk mendapatkan kursi empuk sementara kita termehek-mehek bekerja keras setiap hari.
0 Response to "May Day! Saatnya Buruh Meningkatkan Standar Hidup "
Post a Comment